Bangkit dari persada luka
Berdiri megah di pentas wira
Inginku tebus maruah bangsa
Terjaga dari ranjang kecewa
Berpaksi gagah di panggung perkasa
Ingin ku bela nasib bangsa
Harapan nusa dan bangsa
Akan kutentang petualang negara
Yang tegar membuat angkara
Di hati semangat waja
Di dada penuh satria
Ini Tuah akan membela
Untuk kubalut luka lama
terlalu pemurah dan saksama pada tiap warga yang berjasa
yang rela memberikan keringat serta setia untuk bumi tercintanya.
Usah kau persoalkan tentang derita milik siapa di negeri kaya
dan kesuraman sekejap siapa pula menjadi dalang
kalau tiba-tiba terdengar laungan dari bukit penuh gelap
itu hanyalah lolongan sang pertapa yang lemas ditikam bayang!
yang telah melahirkan ribuan pahlawan.
Rela memilih terbuang dari berputih mata,
kerana baginya, mati itu cuma sekali dan
tidak harus sia-sia.
Mereka tidak rela ini negeri tercinta
jadi kuda tunggangan atau dipekosa warga tidak bernama.
Meski darah dan tulang jadi gantian.
negeri adalah tanah
adalah air,
adalah api,
adalah angin.
Adalah maruah,
adalah permai,
adalah berani,
adalah susila.
Adalah segala-galanya.
Tanpa mengira kulit atau warna,
tampuk atau asal, percaya atau agama:
mari kita hidup tanpa curiga atau rasa berbeza.
Siapa di sini adalah warganya,
kerana meski putih atau hitam, darahnya tetap merah.
Darahnya tetap merah.